Sejak
kecil tepatnya saat berumur 12 tahun, Muhammad sudah diperkenalkan
tentang bisnis oleh pamannya, Abu Thalib, dengan cara diikutsertakan
dalam perjalanan bisnis ke Suriah.
Pengalaman
perdagangan (magang) yang diperoleh Muhammad dari pamannya selama
beberapa tahun manjadi modal dasar baginya disaat memutuskan untuk
menjadi pengusaha muda di Mekah. Beliau merintis usahanya dengan
berdagang kecil-kecilan di sekitar Ka’bah.
Dengan
modal pengalaman yang ada disertai kejujuran dalam menjalankan usaha
bisnisnya, nama Muhammad mulai dikenal dikalangan pelaku bisnis
(investor) di Mekah.
Dalam
kurung waktu yang tidak cukup lama, Muhammad mulai menampakkan
kelihaiannya dalam menjalankan usaha perdagangan bahkan beberapa
investor Mekah tertarik untuk mempercayakan modalnya untuk dikelolah
oleh Muhammad dengan prinsip bagi hasil (musyarakah-mudharabah) maupun
penggajian. Pada tahapan ini Muhammad telah beralih dari business
manager (mengelola usahanya sendiri) menjadi investment manager
(mengelola modal investor).
Dengan
modal yang sudah relatif besar, Muhammad memiliki kesempatan untuk
ekspansi bisnis untuk menjangkau pusat perdagangan yang ada di Jazirah
Arab. Kejujuran beliau dalam berbisnis sehingga dikenal olah para pelaku
bisnis sebagai Al-Amin menjadi daya tarik bagi kalangan investor besar
untuk menginvestasikan modalnya kepada Muhammad, salah satu di antaranya
adalah Khadijah yang di kemudian hari menjadi Istri pertama beliau.
Di
usia 25 tahun, usia yang masih relatif muda, Muhammad menikah dengan
Khadijah, seorang pengusaha sukses Mekah. Secara otomatis Muhammad
menjadi pemilik sekaligus pengelola dari kekayaan Khadijah. Penggabungan
dua kekayaan melalui pernikahan tersebut tentunya semakin menambah
usaha perdagangan mereka baik secara modal maupun penguasaan pangsa
pasar. Pada tahapan ini Muhammad sudah menjadi business owner.
Setelah
Muhammad menikah dengan Khadijah, beliau semakin gencar mengembangkan
bisnisnya melalui dengan ekspedisi bisnis secara rutin di pusat-pusat
perdagangan yang ada di jazirah Arab, beliau intens mengunjungi
pasar-pasar regional maupun Internasional demi mempertahankan pelanggan
dan mitra bisnisnya. Jaringan perdagangan beliau telah mencapai Yaman,
Suriah, Busara, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan Arab
lainnya.
Saat
menjelang masa kenabian (berumur 38 tahun) di mana waktunya banyak
dihabiskan untuk merenung beliau telah sukses menjadi pedagang regional
dimana wilayah perdagangannya meliputi Yaman, Suriah, Busra, Iraq,
Yordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan Jazirah Arab lainnya. Pada
tahapan in beliau telah memasuki fase yang menurut Robert T Kiyosaki
disebut financial freedom.
Kehebatan
berbisnis Muhammad bisa dilihat dalam sebuah riwayat yang menceritakan
bahwa beliau pernah menerima utusan dari Bahrain, Muhammad menanyakan
kepada Al-Ashajj berbagai hal dan orang-orang yang terkemuka serta
kota-kota yang terkemuka di Bahrain. Pemimpin kabilah tersebut sangat
terkejut atas luasnya pengetahuan geografis serta sentral-sentral
komersial Muhammad. Kemudian al-Ashajj berkata “sungguh Anda lebih
mengetahu tentang negeri saya daripada saya sendiri dan anda pula lebih
banyak mengetahui pusat-pusat bisnis kota saya dibanding apa yang saya
ketahu. Muhammad menjawab “saya telah diberi kesempatan untuk
menjelajahi negeri anda dan saya telah melakukannya dengan baik.”
(Syafi’i Antonio, 2007).
Demikianlah
perjalanan sukses bisnis Muhammad sebelum resmi menjadi seorang Nabi
yang jarang disampaikan kepada generasi-generasi muda di saat ini.
Pemahaman yang utuh tentang biography kehidupan beliau akan
menghindarkan terjadinya pemahaman yang sempit tentang diri Rasulullah.
Banyak orang yang mengaggap Rasulullah sebagai orang yang miskin padahal
justru sebaliknya beliau adalah sosok pebisnis yang sukses.
Melalui
momentum ini kiranya perlu mengangkat tema kesuksesan Muhammad sebagai
pelaku bisnis demi memacu munculnya pengusaha-pengusaha muda di kalangan
Muslim.
Sebagaimana
kita ketahui jumlah wirausahawan di Indonesia masih relatif rendah
dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia. Dari total penduduk
Indonesia, 231, 83 juta jiwa hanya sekitar 2 persen saja yang
berwirausaha atau sebesar 4, 6 juta. Tentunya jumlah ini sangat kecil
sekali jika negeri ini menginginkan penduduknya untuk semakin kuat dan
mandiri secara ekonomi.
Negara-negara
maju relative memiliki persentasi wirausahawan yang relatif tinggi dari
jumlah penduduknya. Persentase penduduk Singapura yang berwirausaha
mencapai 7 persen, China dan Jepang 10 persen dari total jumlah penduduk
mereka. Sedangkan yang tertinggi adalah Amerika Serikat sebesar 11,
5-12 persen.
Dngan
permasalahan ini, kita perlu mengkampanyeka pentingnya berwirausaha
seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai solusi
untuk menyelesaikan persoalan umat yaitu kemiskinan dan pengangguran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar