Mendengar, tentu
sudah bisa kita lakukan tanpa mempelajarinya sekalipun (kecuali tunarungu).
Bahkan, mau tidak mau, kita sebagai manusia yang dianugerahi sepasang telinga,
harus mendengar suara-suara yang bahkan tidak enak didengar sekalipun. Tidak
seperti mata yang bisa menutup ketika tidak ingin melihat, telinga tidak dapat
menutup sendiri ketika tidak ingin mendengar. Perlu bantuan dari kedua tangan
kita, atau alat-alat lain untuk menutupinya. Meski terkadang suara-suara tersebut
masih dapat didengar.
Begitu istimewanya
telinga yang kita miliki. Kita memiliki sepasang telinga, bukan hanya sebelah.
Posisinya pun ada di sebelah kiri dan kanan kepala kita. Coba bayangkan bila
ada di atas dan bawah kepala. Betapa sempurnanya ciptaan Allah Swt. ini yang
patut kita syukuri. Fungsinya pun sangat istimewa. Faktanya, ketika ada
seseorang yang tidak bisa mendengar (dibaca tunarungu) sejak lahir, maka dia
tidak akan bisa berbicara (dibaca tunawicara) karena belum pernah mendengar
bagaimana bunyi dari huruf-huruf.
Namun yang jadi
pertanyaan, sudahkah kita mendengar dengan baik? Apakah yang biasa kita dengar
adalah sesuatu yang baik pula? Sedangkan di akhirat nanti, dimana seluruh
perbuatan kita akan diminta pertanggungjawabannya. Seluruh bagian tubuh kita
akan bersaksi, digunakan untuk apa saja selama berada di dunia ini. Termasuk
telinga kita, digunakan untuk mendengarkan apa saja? Apakah untuk mendengarkan
lantunan ayat suci Al-Qur’an, ataukah gosip-gosip yang belum terbukti benar,
bahkan hingga aib dari orang lainkah yang lebih sering kita dengar?
Namun saat ini,
lebih banyak orang yang hanya mendengar saja, bukannya mendengarkan. Nah lho, apa bedanya mendengar dengan
mendengarkan? Tentu berbeda. Bila dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “hear” dan “listen”. Keduanya memiliki makna berbeda meski sering diartikan
sama, yaitu “mendengar”. Hear adalah proses
mendengar semua suara, bahkan hingga suara terkecilpun, dan terkadang kita
sendiri tidak sadar mendengarnya. Contohnya, ketika seseorang sedang melamun
dan ada temannya memanggil. Dia tidak menyaut karena sedang melamun, jadi tidak
mendengarnya. Ah, masa sih tidak
mendengar? Saya yakin kalau sebenarnya telinga orang itu mendengar panggilan
temannya, namun karena sedang melamun dan tidak fokus, maka panggilan temannya
itu hanya sampai di telinga, dan tidak sampai ke otak. Itulah hear alias mendengar. Lalu apa bedanya
dengan listen atau mendengarkan?
Listen adalah proses mendengar
terhadap satu bunyi atau suara. Jadi, yang didengar hanyalah sebuah suara.
Contohnya, saya mendengarkan teman saya curhat. Yang saya dengarkan adalah
suara teman saya yang sedang curhat, meskipun pada saat yang sama saya juga
mendengar beberapa suara yang lain, namun yang saya dengarkan hanyalah suara
teman saya. Agak rumit memang, namun sebenarnya sederhana. Lalu manakah yang
lebih baik? Tentu tergantung kondisi. Ada beberapa kondisi dimana kita harus
mendengarkan. Contohnya ketika sedang kegiatan perkuliahan atau dalam
pengajian. Tentunya kita harus mendengarkan dosen atau Ustadz yang menyampaikan
materi, bukan hanya mendengarnya saja. Namun ketika sedang dalam situasi yang
relatif santai, ketika tidur contohnya, kita bisa dengan hanya mendengar saja
tanpa mendengarkan suatu suara tertentu. Namun sayangnya, banyak orang lebih
memilih mendengar daripada mendengarkan, tapi ingin didengarkan bukan hanya didengar.
Jadi, mana yang
Anda pilih? Didengar atau didengarkan? Bila jawaban Anda “didengarkan”, maka mulailah dengan mendengarkan terlebih dahulu, maka insya Allah Andapun akan
didengarkan.^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar