Bila menyebut Nusa Tenggara, mungkin yang terbayang hanyalah alat
musik sasando. Instrumen ini sangat populer hingga manca negara. Padahal
masih banyak alat musik lainnya, loh.
Inilah beberapa di antaranya, sebagai bukti betapa kayanya Indonesia yang dikutip dari berjambang.blogspot.com
1. Heo
Ini adalah alat musik gesek tradisional khas yang berasal dari daratan pulau Timor, tepatnya suku Dawan Timor.
Ini adalah alat musik gesek tradisional khas yang berasal dari daratan pulau Timor, tepatnya suku Dawan Timor.
Alat musik gesek tradisional heo ini terbuat dari kayu. Bagian yang
digunakan sebagai penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang telah
dirangkai menjadi sebuah ikatan pada kayu penggesek yang berbentuk
seperti busur.Dawai dari alat musik gesek tradisional heo ini terbuat
dari usus kuskus yang telah dikeringkan. Alat musik gesek tradisional
heo ini mempunyai 4 dawai, dan masing-masing diberi nama:
- Dawai 1 [ paling bawah ] tain mone, artinya tali laki-laki
- Dawai 2 tain ana, artinya tali anak [ kecil ]
- Dawai 3 tain feto, artinya tali perempuan
- Dawai 4 tain ena, artinya tali indukDawai pertama bernada sol, dawai kedua bernada re, dawai ketiga bernada la dan dawai keempat bernada do.
- Dawai 2 tain ana, artinya tali anak [ kecil ]
- Dawai 3 tain feto, artinya tali perempuan
- Dawai 4 tain ena, artinya tali indukDawai pertama bernada sol, dawai kedua bernada re, dawai ketiga bernada la dan dawai keempat bernada do.
2. Foy Doa
Alat musik tradisional Foy Doa, adalah nama sebuah alat musik
tradisional yang berasal dari pulau Flores, lebih tepatnya lagi
Kabupaten Ngada. Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui
dengan pasti karena tidak ada peninggalan- peninggalan yang dapat
dipakai untuk mengukurnya.
Foy Doa terdiri dari 2 atau bisa saja lebih suling yang digandeng
dan dalam memainkannya digunakan secara bersama-sama. Nada-nada yang
diproduksi oleh musik Foy Doa adalah nada-nada tunggal dan nada-nada
ganda atau dua suara, hak ini tergantung selera si pemain musik Foy Doa.
Cara Memainkannya, hembuskan angin dari mulut secara lembut ke
lubang peniup, sementara itu jari-jari tangan kanan dan kiri menutup
lubang suara.
Foy Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluh/bambu kecil
yang bergandeng dua atau lebih. Musik ini biasanya digunakan oleh para
muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari dengan membentuk
lingkaran.
Bentuk syair, umumnya syair-syair dari nyanyian musik Foy Doa bertemakan kehidupan , sebagai contoh : Kami bhodha ngo kami bhodha ngongo ngangi rupu-rupu, go-tuka ate wi me menge,
yang artinya kami harus rajin bekerja agar jangan
kelaparan.Perkembangan Musik Foy Doa, Awal mulanya musik Foy Doa
dimainkan secara sendiri, dan baru sekitar 1958 musisi di daerah
setempat mulai memadukan dengan alat-alat musik lainya seperti: Sowito,
Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba Toka. Fungsi dari alat-alat musik
tersebut sebagai pengiring musik Foy Doa.
3. Foy Pay
Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi
lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa. Dalam perkembangannya,
alat ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang
diproduksi oleh Foy Pai: do, re, mi, fa, sol.
4. Knobe Khabetas
Bentuk alat musik ini sama dengan busur panah. Cara memainkannya
ialah, salah satu bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas
dan bibir bawah, kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara
tali busur dipetik dengan jari.Merupakan kebiasaaan masyarakat dawan di
pedesaan apabila pergi bercocok tanam atau mengembala hewan, mereka
selalu membawa alat-alat musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe
Oh, dan Feku. Sambil mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka
musik digunakan untuk melepas kesepian.Selain digunakan untuk hiburan
pribadi, alat musik ini digunakan juga untuk upacara adat seperti,
Napoitan Li’ana (anak umur 40), yaitu bayi yang baru dilahirkan tidak
diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari.
5. Knobe Oh
5. Knobe Oh
Alat musik yang terbuat dari kulit bambu dengan ukuran panjang
lebih kurang 12,5 cm. Di tengah-tengahnya sebagian dikerat menjadi
belahan bambu yang memanjang (semacam lidah) sedemikian halusnya,
sehingga dapat berfungsi sebagai vibrator (penggetar). Apabila pangkal
ujungnya ditarik dengan untaian tali yang terkait erat pada pangkal
ujung tersebut maka timbul bunyi melalui proses rongga mulut yang
berfungsi sebagai resonator
.6. Prere
Alat bunyi-bunyian ini terbuat dari seruas bambu kecil (seukuran
pensil) yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian bawah
dibiarkan tertutup, tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat
meniup.Buku ruas bagian bawah dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan
mulut dari tabung bambu bagian atas, sekaligus bagian belahan bambu itu
untuk melilit daun pandan sehingga menyerupai orong terompet yang
berfungsi memperbesar suaranya.Alat musik ini selain digunakan untuk
hiburan pribadi, juga digunakan untuk mengiringi musik gong gendang pada
permainan penak silat rakyat setempat. Nada-nada yang dihasilkan adalah
do dan re, sehingga nama alat ini.
7. Leko Boko / Bijol
7. Leko Boko / Bijol
Alat musik petik ini terbuat dari labu hutan (wadah resonansi),
kayu (bagian untuk merentangkan dawai), dan usus kuskus sebagai
dawainya. Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun
seperti yang ada pada Heo.Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk
hiburan pribadi dan juga untuk pesta adat. Alat musik ini selalu
berpasangan dengan Heo dalam suatu pertunjukan, sehingga di mana ada
Heo, biasanya ada Leko.Dalam penggabungan ini Leko berperan sebagai
pembei harmoni, sedangkan Heo berperan sebagi pembawa melodi atau
kadang-kadang sebagai pengisi (Filter) nyanyian-nyayian pada masyarakat
Dawan, yang umumnya berupa improvisasi dengan menuturkan tentang
kejadian-kejadian yang telah terjadi pada masa lampau maupun kejadian
yang sedang terjadi (aktual). Dalam nyanyian ini sering disisipi dengan
Koa (semacam musik rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa bersyair dan Koa
tak bersyair.
8. Sowito
8. Sowito
Merupakan seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang
kemudian diganjal dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini
berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu
sebesar jari tangan yang panjangnya kurang dari 30 cm. Setiap ruas bambu
menghasilkan satu nada. Untuk keperluan pengiringan, alat musik ini
dibuat beberapa buah sesuai kebutuhan.
9. Mendut
Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai.
terbuat dar seruas bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira
40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi.
Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan
ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu
kulit bambu yang kemudian diganjal dengan batangan kayu hingga
berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan
dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil.
10. Ketadu Mara
Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur
diri dan juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini
dipercayai pula dapat mengajak cecak bernyanyi, bahkan dipercaya juga
suaranya disenangi makluk halus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar